Kamis , November 21 2024

DI BALIK MARAKNYA PACARAN

Pemuda mana yang tak kenal dengan istilah pacaran?? Perilaku yang banyak dilakukan oleh para pemuda dan pemudi ini seolah menjadi hal yang mubah dan lumrah, karena telah menjadi kebiasaan yang menyebar di masyarakat. Sinetron dan film di televisi pun ramai menayangkan budaya pacaran di tengah para pemuda yang sedang mengenyam bangku sekolah ataupun kuliah. Bahkan terkadang, jika ada pemuda yang tak mau pacaran akan dinilai kuper, tidak gaul, tidak laku, dan cap-cap negatif lainnya. Kecenderungan seseorang untuk menyukai dan mencintai lawan jenis adalah hal yang wajar, namun apakah harus disalurkan dengan cara berpacaran?. Agama Islam telah mengatur bagaimana seharusnya menyikapi hal ini.

DOSAKAH PACARAN?

Pertama-tama perlu diingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menuturkan kepada kita, bahwa merupakan sebesar-besar fitnah/ujian bagi laki-laki adalah godaan wanita. Sehingga menjadi keharusan bagi setiap laki-laki untuk selalu mewaspadai fitnah ini agar tidak terjatuh ke dalamnya, dan bagi wanita agar senantiasa menjaga diri agar tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki. Kalaupun telah terjatuh ke dalam fitnah ini, maka diharapkan agar segera “mengerem” sampai berhenti, dengan mengingat peringatan dari Rasulullah ini dan sabda-sabdanya yang lain. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan setelahku nanti, sebuah ujian yang lebih berbahaya bagi laki-laki melebihi godaan wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Termasuk fitnah wanita yang banyak menimpa laki-laki saat ini adalah dengan maraknya pacaran di tengah-tengah masyarakat, dimana di dalam pacaran terdapat banyak dosa dan kemaksiatan yang mempunyai akibat buruk bagi seorang hamba.

Lalai dari Mengingat Allah

Seseorang yang sedang jatuh cinta, pasti pikirannya akan selalu sibuk dengan seorang yang dicintainya itu. Terlebih lagi dalam pacaran, ia akan selalu memikirkan orang yang tidak halal baginya alias bukan mahram. Bahkan ia lebih banyak memikirkan pacarnya daripada mengingat Allah subhanahu wa ta’ala yang selalu memberinya kenikmatan setiap saat. Sampai-sampai dikatakan “Mau makan ingat dia, ketika minum ingat dia, kapanpun dan dimanapun selalu ingat dengan pacarnya, hingga tak bisa hidup tanpanya”. Maka ketika seorang laki-laki banyak memikirkan/merindukan wanita yang tidak halal baginya sampai pada keadaan seperti itu, atau seorang wanita terhadap seorang lelaki, ini adalah merupakan pintu gerbang yang akan mengantarkan kepada perkara yang lebih besar.

Memandang yang Tidak Halal

Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan melalui Firman-Nya:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya…” (QS. an-Nur [24]: 30-31)

Ayat di atas sekaligus merupakan ayat yang menunjukkan tidak diperbolehkannya seorang laki-laki memandang wanita yang bukan mahram baginya ataupun sebaliknya, karena akan menimbulkan fitnah. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan yang telah masyhur, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati”, sehingga bisa juga dikatakan, “Dari mana datangnya fitnah? Dari mata masuk ke hati”. Dalam pacaran tentu hal ini selalu terjadi, sehingga merupakan salah satu kemaksiatan yang terdapat dalam pacaran.

Berdua-duaan Dengan yang Bukan Mahram

Berikutnya, kemaksiatan yang terjadi dalam pacaran adalah berdua-duaan saja antara laki-laki dan wanita tanpa disertai mahram. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal ini melalui sabdanya:

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali bersama mahramnya, dan janganlah perempuan bepergian jauh kecuali dengan mahramnya.” (HR. Muslim)

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Tidaklah seorang laki-laki berduaan bersama perempuan, kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tirmidzi dan beliau menghukuminya hasan shahih dan Syaikh al-Albani menyepakatinya dalam Irwaa’ul Ghaliil)

Menyentuh yang Tidak Halal

Di antara dosa yang seringkali terjadi di dalam pacaran adalah menyentuh wanita yang bukan mahramnya, minimalnya adalah berjabat tangan dan bahkan seringkali lebih dari itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ

“Sungguh ditusuknya kepala salah seorang di antara kalian menggunakan jarum dari besi adalah lebih baik baginya, daripada ia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Syaikh al-Albani menghukuminya hasan shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)

Ini adalah peringatan yang sangat tegas dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang baru hanya menyentuh perempuan yang tidak halal baginya, maka bagaimana kalau sampai berciuman, atau bahkan sampai berzina dengannya?! Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu.

Perantara Menuju Zina

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ [17]: 32)

Pacaran adalah merupakan sarana yang paling banyak mengantarkan pelakunya menuju zina, dan telah banyak kita dengar seorang perempuan yang hamil di luar nikah, karena sebab pacaran yang berujung pada zina. Padahal zina termasuk salah satu dosa besar yang membinasakan, yang hukumannya telah ditetapkan di dunia dan akhirat. Tidak jarang pula, seorang wanita yang hamil di luar nikah kemudian menggugurkan kandungannya atau membunuh bayinya sendiri. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melindungi kaum muslimah dari tertimpa hal tersebut.

Setelah kita melalui pemaparan di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa pacaran hukumnya haram, meskipun banyak orang melakukannya. Dan tentu tidak dapat dibenarkan adanya istilah “pacaran Islami”, mengingat berbagai kemungkaran yang terdapat dalam pacaran, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.

SOLUSI MENINGGALKAN PACARAN

Berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dijadikan untuk membentengi diri, agar tidak terjerumus ke dalam pacaran yang mengandung banyak dosa dan kemaksiatan.

Menyibukkan Diri Dengan Hal-hal yang Bermanfaat

Seseorang yang tidak menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat niscaya ia akan sibuk dengan hal-hal yang sia-sia atau bahkan perbuatan maksiat. Sebaliknya, seorang yang menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu agama dengan membaca buku, menghadiri majelis ilmu, menghafal al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, niscaya akan dengan mudah dapat meninggalkan pacaran.

Mengingat Kenikmatan Surga dan Pedihnya Siksa Neraka

Ketika terbetik dalam pikiran kita keinginan untuk melakukan maksiat, ketika itu ingatlah bahwa orang-orang yang bertakwa dengan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, akan mendapatkan balasan yang agung di akhirat, berupa surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, di dalamnya ia dikaruniai bidadari-bidadari yang cantik jelita, serta kenikmatan-kenikmatan lainnya yang telah dijanjikan oleh Allah ta’ala dan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dimana di dalamnya tidak ada lagi penderitaan, kesengsaraan maupun kesedihan, tetapi yang ada hanyalah kenikmatan, kebahagiaan, dan kesenangan yang kekal selama-lamanya tanpa ada hentinya. Dengan mengingat surga, niscaya kita akan lebih bisa bersabar dan menahan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah Yang Maha keras siksaan-Nya. Dan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala juga menyediakan ancaman berupa neraka, dengan segala macam keganasan siksaan di dalamnya bagi orang-orang yang mendurhakai perintah-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

“Sesungguhnya siksaan penduduk neraka yang paling ringan di hari kiamat nanti adalah, seorang lelaki yang diletakkan di kedua telapak kakinya bara api sehingga otaknya mendidih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berteman dengan Orang Shalih

Salah satu sebab mengapa seseorang buruk akhlaknya adalah karena ia sering bergaul atau berteman dengan orang-orang yang tidak baik, buruk perangainya, dan jelek agamanya, sehingga ia tertular. Pembicaraan mereka banyak berisi kata-kata yang jelek dan kotor, saling mengejek, dan jauh dari nasihat yang baik. Sebaliknya, bila berteman dengan orang-orang yang shalih, baik agama dan akhlaknya, maka akan selalu ada kebaikan di majelisnya; berisi nasihat dan motivasi yang baik dan bermakna, saling mengucapkan salam di awal maupun di akhir pertemuan, serta selalu dihiasi dengan saling mendoakan kebaikan di antara mereka, dengan doa yang baik nan ikhlas yang datang dari dalam hatinya. Hal ini tentu akan membuahkan kebaikan bagi mereka.

Puasa atau Menikah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah, karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan siapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena hal itu adalah perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan solusi berupa pernikahan agar lebih bisa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan bila belum mampu maka kita disuruh untuk berpuasa, bukan disuruh pacaran terlebih dahulu. Inilah perintah Rasulullah yang tidak berkata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Berdoa

Kiat berikutnya adalah senantiasa berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla agar diberi keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, memohon kepada Allah ta’alaagar dihindarkan dari keburukan di dunia dan akhirat. Berdoalah kepada Allah, karena sesungguhnya hanya Allah lah yang mampu mengabulkan segala permohonan orang yang meminta kepada-Nya, karena Dia adalah penguasa langit dan bumi, Maha Mendengar lagi Maha Pemberi, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan dalam pembahasan ini, ingatlah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala lebih mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya, dan Ia senantiasa menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Begitu pula dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau adalah nabi yang penyayang, yang menginginkan kita semua sebagai umatnya agar masuk ke dalam surga, negeri yang penuh dengan kenikmatan.

 

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Sumber: http://ahsanary.blogspot.co.id/2017/02/di-balik-maraknya-pacaran.html

About Admin

Check Also

Lembaran Terakhir Seorang Ulama’ Muta’akhir (part I)

Belum lama ini, kaum muslimin kehilangan sosok ulama terkemukanya, Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, di tengah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *