Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz
Umat Islam sekarang ini sedang mengalami krisis kepemimpinan. Umat Islam membutuhkan pemimpin-pemimpin yang kuat imannya, ahli ibadah, jujur, amanat, berakhlak mulia, cerdas, ikhlas, kapabel dan sayang kepada umat bahkan kepada seluruh manusia dan hewan sekalipun. Alhamdulillah, kita tidak kekurangan contoh pemimpin teladan. Para Rasul dan Nabi Alaihimush Shalatu Wassalam adalah teladan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah contoh teladan terbaik. Setelah para Rasul dan Nabi, Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhum dan masih banyak lagi pemimpin teladan dari generasi sahabat dan sesudah mereka. Kita mempelajari sirah mereka untuk kita contoh dan kita teladani. Dalam kesempatan ini penulis memuat salah satu contoh pemimpin umat yaitu Abdullah bin Qais Al Jasi rahimahullah.
Di masa kekhalifahan Utsman radhiallahu anhu, Gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu anhu mengangkat Abdullah bin Qais Al Jasi sebagai panglima angkatan laut yang pertama. Kaum muslimin belum pernah memiliki armada angkatan laut selama ini. Abdullah bin Qais sering berdoa memohon kepada Allah agar melindungi dan menyelamatkan tentaranya, agar tidak ada satupun di antara tentaranya yang tenggelam di laut. Rupanya Abdullah bin Qais khawatir kalau sampai terjadi prajuritnya yang tenggelam karena badai ombak di lautan akan mengakibatkan trauma bagi prajuritnya untuk naik kapal. Allah kabulkan doanya, doa dari seorang pemimpin yang adil, sayang kepada prajuritnya. Abdullah bin Qais telah mengikuti lima puluh pertempuran laut baik di musim panas maupun musim dingin. Selama itu tidak seorang pun dari prajuritnya yang tenggelam di laut.
Beliau lebih mengutamakan mengorbankan dirinya daripada bawahannya. Suatu hari beliau menaiki perahu ditemani seorang awak perahu pergi ke Marfa (pelabuhan) di daerah kekuasaan Romawi untuk memata-matai tentara musuh. Padahal sudah sewajarnya bagi seorang pemimpin untuk mengutus anak buahnya menjalankan tugas ini.
Awak perahu diperintahkannya untuk menjaga perahu, kemudian Abdullah bin Qais pergi sendiri. Abdullah bin Qais yang menyamar sebagai pedagang melihat kerumunan orang-orang miskin dari orang-orang kafir yang mendekatinya. Mereka adalah pengemis, Abdullah mengetahui dari pakaian mereka yang compang camping tapi mereka tidak meminta secara langsung. Mereka masih menjaga kehormatan diri mereka. Beliau terenyuh hatinya melihat orang-orang yang miskin dan dalam kesulitan ekonomi, lalu memberi uang yang banyak untuk setiap pengemis. Ia berharap uang tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk sebulan atau lebih. Orang-orang miskin itu sangat gembira dan langsung pulang ke daerah asal mereka semuanya untuk berkumpul dengan keluarga mereka.
Masya Allah! Alangkah lembut hati panglima perang ini. Apabila kepada orang kafir saja ia menolong dan membantu kesulitan mereka apalagi terhadap saudara sesama muslim. Islam mengajarkan kaum muslimin agar bersedekah kepada yang meminta secara langsung dan kepada orang yang membutuhkan bantuan tapi tidak menampakkan kesusahannya karena menjaga kehormatan dirinya.
Allah berfirman,
“…dan berilah makan kepada orang yang menjaga kehormatan dirinya dengan tidak meminta dan kepada orang yang meminta…” (QS. Al Hajj 36)
Di antara pengemis ada seorang perempuan yang pulang ke daerahnya dan melaporkan apa yang dilihatnya di Marfa kepada tentara Romawi.
Pengemis perempuan: “Apakah kalian sedang mencari Abdullah bin Qais?”
Tentara Romawi: “Dimana dia?”
Pengemis perempuan: “Di Marfa.”
Tentara Romawi: “Bagaimana anda tahu bahwa dia Abdullah bin Qais!?”
Pengemis perempuan: “Dia seperti pedagang, tapi pemberiannya seperti pemberian seorang Raja. Dari situ aku tahu bahwa dia adalah panglima angkatan laut kaum muslimin Abdullah bin Qais yang sedang kalian cari.”
Astaghfirullah Al Adziim…! Ujian bagi orang beriman, dia telah berbuat baik tapi orang yang dibaikinya itu malah membalasnya dengan keburukan. Pengemis perempuan tadi tidak tahu berterima kasih. Yang penting baginya adalah keuntungan dan kebutuhannya terpenuhi. Dia tidak peduli dan tidak memikirkan untuk setia kepada orang yang telah berjasa kepadanya. Semoga Allah menghindarkan dan menjauhkan diri kita dari sifat khianat. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang setia, pandai berterimakasih kepada manusia dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang bersyukur kepada Nya.
“Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu berdzikir kepadaMu, untuk selalu mensyukuri nikmatMu dan untuk selalu beribadah kepadaMu dengan baik.”
Pasukan tentara Romawi segera mengejar ke Marfa dan langsung mengeroyok dan menyerang panglima Abdullah bin Qais. Abdullah bin Qais berusaha melawan mereka tapi musuh yang banyak menyebabkan Abdullah terdesak dan terbunuh. Semoga Allah menjadikannya sebagai syahid dan meninggikan derajatnya di Jannah. Semoga Allah kumpulkan bersama Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya, amin.
Awak perahu yang menunggu di pantai segera pulang memberitahukan tentara kaum muslimin. Tentara kaum muslimin segera berangkat ke Marfa, terjadilah pertempuran di sana dan sebagian tentara muslimin gugur sebagai syuhada insya Allah.
Sufyan bin Auf Al Azdi diangkat menjadi pemimpin baru pengganti Abdullah bin Qais. Pada awal memimpin perang, ia sering marah, berteriak dan memaki prajurit. Budak perempuan Abdullah bin Qais menegur panglima baru, “Sungguh kami kehilangan Abdullah, beliau tidak pernah berkata kasar saat memimpin perang!” Panglima baru bertanya, “Apa yang beliau katakan?”
Budak perempuan: “Berpetualang kemudian datang jalan keluar!”
Panglima baru menerima nasehat budak perempuan Abdullah bin Qais, ia meninggalkan sikap arogansinya kepada bawahannya. Ia selalu memberi semangat kepada prajuritnya dengan ucapan “Berpetualang kemudian datang jalan keluar!” Masya Allah! Seorang pemimpin yang tidak gengsi menerima nasehat dari seorang budak perempuan. Pemimpin-pemimpin yang beriman, bertakwa, merdeka jiwanya, bukan budak dari musuh Islam dan kaum muslimin, amanat serta berakhlak mulia, merekalah yang diharapkan dapat memuliakan Islam dan kaum muslimin dengan izin Allah.
#####
Semoga dari kisah di atas kita mendapatkan inspirasi dan berusaha untuk memulai dari diri kita sendiri untuk menjadi pemimpin yang baik semampu kita. Jika kita sebagai pemimpin rumah tangga, maka berupayalah untuk menjadi pemimpin yang dicintai seluruh anggota keluarga. Kita berupaya menjadi pemimpin keluarga yang jika pergi meninggalkan rumah dinanti kehadirannya dan jika datang mereka bergembira dan tidak diharapkan kepergiannya, bukan sebaliknya. Begitu pula pemimpin pemimpin di sekolah, di rumah sakit, di kantor, di lembaga atau yayasan, pemimpin di tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Walikota, Bupati, Gubernur, Menteri maupun Presiden. Hendaknya kita mengingat bahwa jabatan itu amanat dan akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Di akhirat, manusia akan berusaha untuk menebus dengan dunia dan seisinya, yang penting agar bisa selamat di akhirat. Tapi hal ini mustahil kita lakukan, yang ada tinggal penyesalan. Maka di dunia inilah kesempatan untuk menebus dosa-dosa kita dengan bertaubat dan mengorbankan harta, waktu, ilmu dan apa yang kita miliki bahkan dengan jiwa kita sekalipun untuk menggapai keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di akhirat kelak.
Disamping kita berlatih terus untuk menjadi pemimpin yang terbaik di lingkungan kita masing-masing maka kita juga berdoa bermunajat kepada Allah,
“Ya Allah! Jadikan kami merasa aman di tanah air kami. Perbaikilah para pemimpin dan orang-orang yang memegang urusan kami. Jadikan pemimpin kami orang yang takut kepadaMu, bertaqwa kepadaMu, dan senantiasa mengikuti ridhaMu, wahai Rabb alam semesta.”
“Ya Allah! Berilah taufik kepada pemimpin kami terhadap perkara yang Engkau cintai dan ridhai, baik dari perkataan maupun perbuatan. Wahai Rabb yang Maha hidup dan Maha menjaga. Ya Allah! Perbaikilah orang-orang yang ada di sekelilingnya. Wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”
“Ya Allah, karunikanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (karuniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat mengantarkan kami kepada surga-Mu, serta (karuniakanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia. Jadikankan kami bisa menikmati dan memanfaatkan pendengaran, penglihatan, dan kekuatan kami selama kami hidup. Dan jadikan semua itu sebagai pewaris bagi kami (tetap ada pada kami sampai kematian). Balaslah sakit hati kami kepada orang-orang yang telah menzalimi kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami. (Ya Allah) Janganlah Engkau jadikan musibah kami pada dien kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami.”
“Ya Allah, tambahkanlah untuk kami dan jangan kurangkan kami, muliakanlah kami dan jangan hinakan kami, berikanlah kepada kami dan jangan Engkau tahan kami, pilihlah (pemimpin yang baik) untuk kami dan jangan Engkau biarkan kami (dipimpin pemimpin yang zalim), jadikanlah kami ridha dengan apa-apa yang Engkau putuskan dan ridhailah kami.”
(Dinukil dari buku “Keteladanan dan Kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan radhiallahu anhu)